Selasa, 17 Januari 2012

Perusahaan yang bangkrut


Thomas Cook Group, perusahaan jasa perjalanan tertua di dunia, kini diambang kebangkrutan setelah terus merugi beberapa tahun terakhir. Korporasi yang berbasis di Peterborough, Inggris, ini pun akan menutup 200 dari 1.300 cabang mereka di seluruh dunia demi menghemat biaya.

Kantor berita BBC melaporkan, sepanjang Januari-November, Thomas Cook menderita kerugian hingga US$ 616 miliar. CEO Thomas Cook, Sam Weihagen, mengatakan buruknya kinerja keuangan mereka lantaran bencana dan kerusuhan yang melanda beberapa negara tujuan wisata potensial, seperti Thailand, Mesir, dan Tunisia. "Penjualan kami terpukul. Tahun ini menjadi tantangan terberat yang harus dihadapi," kata dia kemarin.

Selain itu, akses Internet memukul bisnis panduan liburan konvensional yang mereka jalankan selama ini. Kini turis tak perlu memesan tiket atau merancang perjalanan dengan bantuan biro jasa karena mereka bisa mendapat informasi tujuan wisata melalui Internet.

Di luar masalah anjloknya penjualan jasa travel, Thomas Cook juga menanggung beban non-operasional luar biasa senilai 573 miliar pound sterling. Beban ini muncul setelah nilai aset di Inggris dan Kanada turun.

November lalu, saham Thomas Cook meluncur turun hingga 75 persen dalam sehari. Namun mereka berhasil mendapat sokongan keuangan melalui kredit sindikasi perbankan senilai 200 juta pound sterling. Pinjaman yang akan mengucur secara bertahap hingga 2013 itu diperoleh dari Bank Barclays, HSBC, RBS, dan UniCredit.

Untuk menambal kerugian, perusahaan yang didirikan pada 1841 ini pun melakukan berbagai manuver, seperti penjualan jaringan Hotel Y Clubs De Vacaciones (ICV) Spanyol seharga 72,2 juta euro. Beberapa aset lain juga akan dijual secara bertahap sampai mereka bisa mengumpulkan dana minimal 200 miliar pound sterling pada 2012. Tak cuma itu, sindikasi bank yang memberi pinjaman juga menghendaki perusahaan ini membatasi belanja modal demi penghematan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar